Kisah Abu Lubabah Sang Utusan Rasulullah ﷺ

Abu Lubabah bin ‘Abd al-Mundzir al-Anshari adalah seorang sahabat dari golongan Anshar, tepatnya dari suku Aus. Ia termasuk sahabat yang mulia dan memiliki peran penting dalam beberapa peristiwa besar di zaman Rasulullah ﷺ.

1. Peristiwa Bani Quraizhah

Kisah paling terkenal tentang Abu Lubabah terjadi ketika Rasulullah ﷺ mengepung kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Khandaq. Kaum Bani Quraizhah meminta Abu Lubabah menjadi utusan untuk memberi mereka nasihat, karena ia memiliki hubungan kekeluargaan dan bisnis dengan mereka.

Ketika Abu Lubabah masuk ke benteng mereka, orang-orang Bani Quraizhah bertanya:

"Wahai Abu Lubabah, apa yang harus kami lakukan? Apakah kami harus menerima keputusan Muhammad ﷺ?"

Hati Abu Lubabah sebenarnya cenderung kepada Rasulullah ﷺ, namun karena ia masih memiliki simpati pada orang-orang Yahudi yang merupakan sekutu lama sukunya, tanpa sadar ia memberi isyarat dengan tangannya ke leher, seakan berkata: "Jika kalian menyerah, berarti kalian akan dibunuh."

Saat itu ia segera sadar bahwa ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, karena isyarat itu bisa melemahkan strategi Rasulullah ﷺ.

2. Taubat Abu Lubabah

Begitu keluar dari benteng, Abu Lubabah merasa sangat bersalah. Ia tidak langsung pulang kepada keluarganya, melainkan menuju Masjid Nabawi. Di sana ia mengikat dirinya pada sebuah tiang dan bersumpah tidak akan makan atau minum, serta tidak akan melepaskan ikatan hingga Allah menerima taubatnya.

Ia berkata:

"Demi Allah, aku tidak akan melepaskan diriku dari ikatan ini hingga Allah mengampuni dosaku, atau Rasulullah ﷺ sendiri yang melepaskanku."

Beberapa hari lamanya Abu Lubabah dalam keadaan terikat, hanya diberi makan dan minum oleh keluarganya saat waktu shalat. Hingga akhirnya Allah menurunkan ayat:

"Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. At-Taubah: 102)

Ayat ini turun sebagai tanda diterimanya taubat Abu Lubabah.

3. Rasulullah ﷺ Membuka Ikatan

Ketika ayat ini disampaikan, para sahabat berkata kepada Abu Lubabah, "Bergembiralah, taubatmu diterima." Namun ia tetap berkata:

"Aku tidak akan membuka ikatan ini kecuali Rasulullah ﷺ yang melepaskannya dengan tangannya sendiri."

Maka Rasulullah ﷺ pun datang ke masjid, membuka ikatan Abu Lubabah dengan tangannya, dan memaafkannya.

4. Pelajaran dari Kisah Abu Lubabah

Amanah dan kehati-hatian dalam dakwah : Meski hanya dengan isyarat kecil, bisa berdampak besar terhadap kaum muslimin.

Taubat yang sungguh-sungguh: Abu Lubabah mengajarkan bahwa penyesalan, do'a, dan kesungguhan kembali kepada Allah adalah jalan ampunan.

Rahmat Allah yang luas : Meskipun kesalahan Abu Lubabah sangat besar, Allah tetap menerima taubatnya.

Note : Abu Lubabah adalah utusan Rasulullah ﷺ kepada Bani Quraizhah. Karena khilaf, ia memberi isyarat yang merugikan kaum muslimin, lalu menyesal dan bertobat dengan cara mengikat dirinya di masjid. Allah menerima taubatnya, dan Rasulullah ﷺ sendiri yang melepaskan ikatannya.


Posting Komentar

0 Komentar